Identitas Nasional Indonesia yang berbeda dengan Bangsa lain
Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki
suatu bangsa, secara fisiologi yang membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini
akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula dengan hal ini
sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara
historis. Beberapa contoh dari identitas nasional Indonesia:
a.Kebudayaan
Kebudayaan suku
Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta. Kebudayaan suku Betawi terbentuk
akibat akulturasi (pencampuran) berbagai kebudayaan yang telah ada sebelumnya.
Karena sikap keterbukaan orang Betawi dan penghargaan tinggi terhadap perbedaan
juga turut mempercepat akulturasi tersebut. Karena akulturasi itu, kebudayaan
suku Betawi dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruh kebudayaan-kebudayaan asal
yang membentuknya, yaitu :
·
Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh
kebudayaan Arab dan Melayu, seperti alat musik Samrah, Rebana dan Marawis.
·
Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh
kebudayaan Cina, seperti tari Yapong, Lenong, tari Cokek, Gambang Kromong, dan
Topeng Betawi.
·
Kebudayaan yang terbentuk karena pengaruh
kebudayaan Portugis dan Belanda, seperti Keroncong Tugu dan Tanjidor.
Kebudayaan suku Betawi bisa jadi
menjadi kebudayaan terkaya di Indonesia. Mengingat akulturasi pada suku ini
sangat banyak. Tidak mengherankan jika kebudayaan suku Betawi dapat menarik
minat pendatang untuk tinggal di Jakarta untuk berlangsungnya kebudayaan Betawi
secara turun-temurun.
b. Adat Istiadat
Surabaya terdiri dari berbagai suku, namun kebudayaan dan adat istiadat khas
masih terjaga di beberapa wilayahnya. Kebudayaan ini bahkan terbagi-bagi dan menjadi
ciri khas wilayah tertentu di Surabaya.Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya
(termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) dan Malang memiliki sedikit
pengaruh budaya Mataraman. Khusus di kawasan Tapal Kuda, adat istiadatnya
banyak dipengaruhi oleh budaya Madura. Sementara adat istiadat Suku Tengger
banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.
Masyarakat
desa di Jawa Timur termasuk Surabaya, memiliki ikatan
yang didasarkan pada persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang
diselenggarakan antara lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi
anak pertama), boabaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara
setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayi berusia tujuh
bulan), sunatan dan pacangan.
c. Politik
Proses Politik di Indonesia
Periodisasi proses politik di Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut;
Masa Prakolonialisasi, Masa Kolonial, Masa Demokrasi Liberal,
Masa Demokrasi Terpimpin, Masa Demokrasi Pancasila, dan Masa Reformasi
Periode tersebut
kemudian dianalisis berdasarkan beberapa aspek penting sebagai berikut:
Penyaluran Tuntutan, Pemeliharaan nilai, Kapailitas, IntegrasiVertikal dan Horizontal,
Gaya Politik, Kepemimpinan, Partisipasi massa, Keterlibatan Militer, Aparat
Negara, dan Stabilitas
1. Masa Kerajaan (Prakolinial)
Pada masa
prakolonial penyaluran tuntutan relatif rendah dan terpenuhi. Pemeliharaan
nilai yang hidup dan berkembang sesuai penguasa saat itu. Kapabilitas SDA
memenuhi, Integrasi vertikal dari atas ke bawah, sedangkan integrasi horizontal
hanya terjadi di level antar penguasa saja. Gaya politik tentu saja kerajaan
sesuai betuk negaranya. Karena bentuk negara adalah kerajaan maka kepemimpinan
negara berada di tangan raja, pangeran, atau silsilah keluarga kerajaan.
Sedangkan untuk keterlibatan militer tentu saja sangat kuat karena pda masa itu adalah masa peperangan.
Analisis terhadap stabilitas, ada saatnya stabil(saat tidak ada perang) dan
tidak stabil(saat berperang). Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal
kepada kerajaan.
2.Masa Kolinial(Penjajahan)
Pada masa kolonial
penyaluran tuntutan relatif rendah namun tidak terpenuhi. Pemeliharaan nilai
tidak berjalan baik dan sering dilanggar. Kapabilitas banyak namun diambil oleh
penjajah, Integrasi vertikal dari atas ke bawah tidak harmonis, sedangkan
integrasi horizontal harmonis sesama penjajah atau elit pribumi. Gaya politik
devide at impera atau memecah belah. Kepemimpinan pada saat itu, elit pribumi
diperalat dan partisipasi rakyat hapir tidak ada disebabkan rasa takut.
Sedangkan untuk keterlibatan militer tentu saja sangat kuat.Analisis terhadap
stabilitas, mudah sekali dikacaukan. Semua aparat negara pada masa inisangat
loyal kepada penjajah.
3. Masa Demokrasi Liberal
Pada masa demokrasi
liberal penyaluran tuntutan tinggi namun
karena ini adalah awal berdirinya Indonesia wadah untuk menampung belum
tersedia. Pemeliharaan nilai sangat tinggi. Kapabilitas banyak potensi namun
baru sedikit digali, Integrasi vertikal dua arah, sedangkan integrasi
horizontal timbul disintegrasi. Gaya politik ideologi. Kepemimpinan generasi
pemuda 1928 (sumpah pemuda). Sedangkan untuk keterlibatan militer
dikuasai sipil. Analisis terhadap stabilitas, instabil karena
baru saja berdiri. Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada
golongan atau partai.
4. Masa Demokrasi terpimpin
Pada masa demokrasi
terpimpin penyaluran tuntutan tidak tersalurkan. Pemeliharaan nilai rendah.
Kapabilitas banyak potensi namun baru sedikit digali, Integrasi vertikal dua
arah, sedangkan integrasi horizontal timbul disintegrasi. Gaya politik
ideologi. Kepemimpinan generasi pemuda 1928 (sumpah pemuda). Sedangkan
untuk keterlibatan militer dikuasai sipil. Analisis terhadap stabilitas,
instabil karena baru saja berdiri. Semua aparat negara pada masa ini sangat
loyal kepada golongan atau partai.
5. Masa Demokrasi Pancasila
Pada masa demokrasi
pancasila penyaluran tuntutan awalnya seimbang namun kemudian tidak terpenuhi
karena fusi. Pemeliharaan nilai terjadi pelanggaran HAM namun ada pengakuan
HAM. Kapabilitas sistem terbuka, Integrasi vertikal atas bawah, sedangkan
integrasi horizontal terlihat. Gaya politik intelek-pragmatik-dan konsep
pembangunan. Kepemimpinan teknokrat dan ABRI. Sedangkan untuk keterlibatan
militer sangat besar dengan dwifungsi ABRI. Stabilitas stabil. Semua aparat
negara pada masa ini sangat loyal kepada pemerintah(golkar).
6. Masa Reformasi
Pada masa reformasi
penyaluran tuntutan tinggi dan terpenuhi. Pemeliharaan nilai penghormatan HAM
tinggi. Kapabilitas sistem disesuaikan dengan otonomi daerah, Integrasi
vertikal dua arah, sedangkan integrasi horizontal muncul kebebasan. Gaya
politik pragmatis. Kepemimpinan sipil-purnawirawan-politisi. Sedangkan
untuk keterlibatan militer dibatasi dan justru partisipasi massa tinggi.
Stabilitas instabil. Semua aparat negara pada masa ini sangat loyal kepada pemerintah.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar