Komunikasi Dalam Organisasi
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
DEFINISI
DEFINISI
Istilah “komunikasi”
mempunyai banyak arti. Bagi orang awam, mungkin akan diartikan sebagai alat
atau mediapengirim informasi;
seperti misalnya; telepon, telegram, atau televisi. Sedangkan bagi orang lain
yang bekerja dalam organisasi, istilah komunikasi dapat juga diartikan sebagai
saluran komunikasi dalam organisasi; seperti misalnya: komunikasi formal melalui
rantai komando, komunikasi informal, kontak saran, atau prosedur penyelesaian
konflik.
Sebenarnya kalau
ditelusuri, istilah “komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin; yaitu dari kata
“communis”;yang berarti “sama”(common). Ika kita akan mengkomunikasikan suatu
idea atau gagasan, maka kita harus menetapkan terlebih dahulu suatu dasar
titik-temu yang sama” untuk mencapai suatu pemahaman atau pengertian.
Dengan dasar Flippo2) mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu tindakan mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan
suatu idea dalam suatu cara yang diinginkan oleh pembicara atau penulis.
Definisi
dan Flipo ini; dan juga kebanyakan definisi yang diajukan
penulis-penulis di bidang komunikasi; termasuk definisi yang sempit lingkupnya,
karena hanya membatasi pada aspek manusia saja dan bersifat satu arah. Definisi
yang lebih luas diajukan oleh Sikula3)
yang memandang komunikasi sebagai suatu proses pengiriman informasi, arti,
dan pengertian dari seseorang, tempat, atau sesuatu lain. Meskipun masih banyak
alternatif definisi yang lain, definisi yang sederhana dan singkat dari Sirkula
ini mengandung unsur-unsur kunci yang lain, definisi yang sederhana dan singkat
dari Sirkula ini mnegandung unsur-unsur kunci yang selalu ditekankan dalam
setiap definisi yang baik mengenai komunikasi.
Ada
tiga unsur utama dari definisi komunikasi yang luas dan komperhensif
yaitu : (1) Komunikasi harus dipandang sebagai suatu proses, (2)
pengiriman informasi, arti, dan pengertian, dan (3) mencakup aspek manusia dan
bukan manusia.
1. Komunikasi
Harus Dipandang Sebagai Suatu Proses.
Ini
berarti bahwa komunikasi merupakan suatu aliran yang melalui serangkaian atau
urutan beberapa tahap atau langkah, bukan suatu kejadian atau peristiwa yang
tersendiri. Mengidentifisir komunikasi sebagai suatu proses, menambah dimensi
perubahan dalam pengertiannya. Dalam bahasa inggris istilah “communication”
sering diganti dengan “communicating” untuk menekankan pengertian komunikasi
sebagai rangkaian tahap-tahap yang bersifat dinamis daripada bersifat statis.
Rangkaian tahap-tahap dalam komunikasi akan dibicarakan lebih lanjut dalam
pembahasan mengenai masalah model proses komunikasi dalam bab II.
2. Pengiriman
Informasi, Arti, dan Pengertian.
Unsur
kedua dari definisi komunikasi yang memadai adalah “pengiriman informasi, arti,
dan pengertian”. Pengiriman informasi ini sendiri sebenarnya bukanlah
komunikasi, karena komunikasi merupakan suatu proses dua arah. bukan
satu arah. Informasi tidak hanya dikirimkan begitu saja, tetapi harus diterima dan dimengerti. Seperti
telah diutarakan dimuka, bila informasi dikirimkan dan diterima tetapi tidak
tercapai. Pada saat arti dan pengertian dirubah menjadi informasi, maka
penerimaan dan penafsiran terhadap pesan-pesan komunikasi dapat dikatakan telah
terjadi. Bila informasi dikirimkan oleh suatu pihak dan tidak diterima oleh
pihak lain yang menjadi sasaran komunikasi; atau diterima tetapi tidak
ditafsiran secara tepat; maka terjadilah apa yang
disebut “miskomunikasi”. Hambatan-hambatan dalam komunikasi; yang
menjadi penyebab terjadinya mis-komunikasi ini; akan dibicarakan secara
tersendiri dalam bab VI.
3. Mencakup
Aspek Manusia dan Bukan Manusia.
Unsur
ketiga dari suatu definisi yang lengkap harus mencakup aspek manusia dan bukan
manusia. Banyak pembahasan mengenai proses komunikasi membatasi hanya pada
interaksi antar manusia dimana hanya manusia saja yang berperan sebagai pihak
pengirim (encoders) dan penerima (decoders)informasi dapat merupakan obyek yang
hidup atau bernyawa maupun benda mati.
MODEL
PROSES ORGANISASI
1. Tahap
ideasi.
Tahap
pertama dalam suatu proses komunikasi adalah ideasi (ideation), yaitu
proses pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2. Tahap
encoding.
Dalam
tahap encoding ini, gagasan atau informasi disusun dalam serangkain bentuk
simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga
pemilihan saluran dan media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi
dapat berbentuk kata-kata (lisan maupun tertulis), gambar (poster atau grafik),
atau tindakan.
3. Tahap
pengiriman.
Tahap ketiga adalah
pengiriman (transmitting) gagasan atau pesan-pesan yang telah disimbolkan atau
disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam
organisasi. Pengiriman pesan dapat dilakukan dengan berbicara,
menulis, menggambar, dan bertindak. Saluran yang dilalui pesan-pesan
disebut media komunikasi. saluran dan media komunikasinya dapat
berbentuk lisan (telepon, temu-muka langsung) atau tertulis (papan
pengumuman dan poster, buku pedoman); mengalir kebawah (memo dan
instruksi tertulis), keatas (kotak saran; grievance prosedure,
laporan prestasi kerja), atau ke samping (panitia, pertemuan antar
departemen); formal (diskripsi
jabatan dan prosedur kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan
siang di kafetaria perusahaan); dan aliran satu arah (laporan tahunan yang
dipublikasikan) atau dua arah (konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4. Tahap
Penerimaan.
Setelah
pesan dikirimkan melalui media komunikasi, maka diterima oleh komunikan.
Penerimaan pesan ini dapat melalui proses mendengarkan, membaca,
atau mengamati tergantung pada saluran dan media yang digunakan untuk
mengirimkannya. Jika informasi atau pesan berbentuk komunikasi lisan, maka
seringkali kegagalan dalam mendengarkan dan berkonsentrasi mengakibatkan
hilangnya pesan-pesan tersebut.
5. Tahap
Encoding.
Tahap
kelima adalah encoding di mana pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan,
dibaca, diartikan, dan diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui
suatu proses berpikir. Pikiran manusia, sistem memori mekanis, instink
binatang, dan proses berpikir lainnya berfungsi sebagai mekanisme decoding.
Dalam tahap decoding ini dapat terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan
terhadap gagasan atau idea yang di”encoding” oleh komunikator dikarenakan
adanya hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya perbedaan persepsi antara
komunikator dan persepsi komunikan dalam hal arti kata atau semantik.
6. Tahap
tindakan.
Tindakan
yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon terhadap pesan-pesan yang
diterimanya merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi. Dalam tahap
ini, respon komunikan dapat berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta
informasi tambahan, atau melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan
yang dikirimkan komunikator menghasilkan respon tindakan seperti apa yang
diharapkan, maka dapat dikatakan telah terjadi komunikasi yang efektif.
IMPLIKASI
MANAJERIAL
Seringkali muncul
pertanyaan tentang jenis komunikasi analisa mana yang dapat membantu memecahkan
masalah-masalah komunikasi didalam organisasi. Jenis eksperimen yang
dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan ini dapat memisahkan suatu variabel
tertenu yang digunakan untuk menunjukan pengaruhnya terhadap komunikasi. Namun
karena kondisi praktek organisasi yang senyatanya tidak akan pernah sama dengan
kondisi laboratories, maka kesimpulan yang dipeoleh dari eksperimen semacam ini
tidak dapat diterapkan untuk kepentingan manajemen organisasi. Sumbangan utama
dari eksperimen semacam ini adalah memeperlihatkan
pengaruh potensial dari setiap variabel atau
faktor. Kenyataan yang sebenarnya ada kecenderungan alamiah dari kelompok
kerja untuk memecahkan masalah komunikasi seeffisien mungkin (misalnya: dengan
hanya mengeluarkan usaha sekedarnya saja). Pandangan ini mendorong penggunaan
berbagai pola komunikasi organisasi yang dapat menyeseuaikan diri dan selalu
berubah terus menerus. Bahkan ada beberapa bukti dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa kemampuan menyesuaikan diri kelompok dalam jangka panjang
dapat meningkatkan produktivitas organisasi yang sama besarnya tanpa
memerhatikan keterbasan dari jaringan kerja komunikasinya. Namun kelemahan
utama dari studi penelitian di bidang jaringan komunikasi adalah adanya assumsi
bahwa hanya ada satu sistem informasi formal rantai komando saja. Pada hal
seperti telah kita ketahui, jaringan kerja komunikasi informal “grapevine” juga
berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil karyawan maupun pada setiap tingkatan
dalam struktur organisasi secara keseluruhan.
Komentar
Posting Komentar